Review Film The Fault In Our Stars - Juni 2014
Well, akhirnya gue ngereview film lagi. Film The Fault In Our Stars ini emang udah keluar beberapa hari lalu dan gue akhirnya berani nonton sendiri di Lotte Shopping Avenue jam 13.00 tanggal 28 Juni 2014 kemaren. Gue gak mau ngasih tau tetek bengek kandungan film macam siapa sutradarnya atau siapapun karena lo bisa cek sendiri di google atau wikipedia sekalian.
Film ini bercerita tentang seorang gadis penderita kanker, Hazel Grace Lancaster, yang akhirnya jatuh cinta dengan survivor cancer, Augustus Waters. Mereka ketemu di kelompok pendukung kanker di sebuah gereja deket rumah mereka. Gus, sudah 14 bulan dinyatakan bebas dari tanda-tanda kanker namun hanya berkaki satu dan kaki satunya lagi menggunakan kaki robot. Gus adalah cowok yang bego, pinter, lucu, imut, romantis, ganteng, optimis, dan baik. Sedangkan hazel malah kebalikannya, cewek sarkastik yang pesimis dan gak menganggap dirinya cantik. Mereka bertukar novel kesukaan dan akhirnya ngefans sama penulis novel kesukaan Hazel, Peter Van Houten yang sekarang tinggal di amsterdam.
Mereka akhirnya pergi ke Amsterdam untuk mencari tahu ending dari novelnya Peter tapi disana malah mendapat perlakuan buruk dari Peter hingga akhirnya Hazel jengkel sama penulis itu. Di Amsterdam, mereka juga ada adegan lust pertama buat mereka masing-masing dan itu kocak banget. Nah disitu juga Gus ngabarin ke Hazel kalo dia sebelum ke Amsterdam dia ikut tes gitu dan dia dinyatakan memiliki titik-titik kanker yang tumbuh lagi.
Pas balik ke Amerika, Gus jadi lebih sakit daripada si hazel-nya sampe mereka ditambah satu temen mereka yang buta, Isaac, bikin acara pra pemakaman buat hazel. Disini Hazel ngebacain pidato pra pemakaman pake kertas contekan gitu. Akhirnya pas 8 hari kemudian pas tengah malem ada telfon bunyi dirumah Hazel dan diangkat sama nyokapnya. Hazel juga kebangun, nyokap bokapnya berlarian ke kamar Hazel dan tanpa ngomong apa-apa, Hazel nangis karena dia tau telfon itu mau ngabarin kalo Gus udah meninggal. Disini akting Shailene gue kasih standing ovation, handstand ovation kalo perlu. karena dia nangisnya tuh bagus banget seriusan.
Pas di pemakaman Gus, Peter, si penulis itu ternyata datang dan dia nanya ke Hazel dia masih mau tau gak ending dari novel itu tapi Hazel menolak karena dia udah gak nafsu lagi sama ending novel yang bikin dia gregetan itu. Tapi Peter yang udah datang jauh-jauh akhirnya ngasih surat yang dikuwel-kuwel sama Hazel-nya. nyampe rumah, Isaac bilang kalo Gus tuh beneran bikin ending novel itu sesuai versi dia kayak yang pernah dijanjiin sama Gus-nya sendiri.
Hazel akhirnya nyari surat itu dan dia baca kalo ternyata Gus sama Peter suka email-email-an setelah mereka balik dari Amsterdam. intinya, di surat itu Gus bilang kalo dia cinta sama Hazel dan dia beruntung pernah milikin cewek itu. lengkapnya bisa diliat disini.
Gue ngasih film ini 3 bintang. kenapa 3 bintang? Gue emang kagum banget sama akting pemeran-pemerannya tapi ekspektasi gue jatuh ketika udah nonton film ini. Gue nangis di tengah film dan di akhir film gue cuma berkaca-kaca doang. Like, di film ini sad momentsnya 100% tapi pas di tengah film udah dipake 80% dan diakhir film tinggal 20%. Film ini juga ada yang ngeganjal kalo belum baca novelnya. Yaitu ketika Gus dan Hazel ngebahas tentang Genie. Nah di film tuh gak dijelasin 'Genie' ini tuh apaan. Ternyata Genie ini adalah sebua foundation yang bertugas ngabulin permintaan anak-anak.
I salute their dialogues. mereka ngucapin dialog-dialog yang menurut gue "Oh shit man, you got me". Like, film ini ngasih pesan kalo lo tuh jangan boleh aja bermimpi tapi jangan kebanyakan nuntut dan marah sama apa yang dikasih oleh Tuhan ke elo. Lo sakit, lo miskin, lo jelek, itu bukan salah lo. Tuhan yang membuat itu semua ke elo dan bukan tanpa alasan. Lo emang harus optimis but just be real. People act bad but it's not your fault. You only live on this moment. Enjoy it but dont be greedy.
Oya, gue belum sempet baca novelnya padahal udah dibeli dari kapan tau. Kalo udah selesai nanti gue kabari lagi. Adios!
"Apparently this world is not a grant-wishes factory"
Komentar
Posting Komentar