Antara ragu, hujan, dan kamu

Assalamualaikum everyone!
Today my friend told me that she loves my blog and so does her sister and I just wanna say thankyou to whoever that gives your time just to read my nonsense articles. Cause I'm just trying to be me, the talking girl lol.

So in this post, I'm going to write sebagai sudut pandang orang pertama cause I have to. And I'm using (okay, it's gunna be riddiculous) aku dan kamu sebagai pengganti gue dan elo yang biasa gue pake di post-post gue sebelumnya.

Kalo memang terlihat rumit, lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sederhana* - Tere Liye

Well, I always love windows. I'll stare to a window when it's good to see or whatever. I also still remember windows in my old house and how I stared out of it every rain and my mind started to think randomly about everything eventually. It's when I was around 9 and I couldnt think tentang hal-hal yang berat. Tapi sekarang aku sudah 17 tahun. Aku sudah bisa berpikiran berat atau mungkin malah aku yang mencari dan menciptakan pikiran berat untuk bisa aku pikirkan untuk membunuh waktu.

Aku juga suka sore. Dengan jendela kaca didepanku, aku akan diam sejadi-jadinya. Menunggu uap memenuhi kaca itu dan tanganku harus bergerak mengusap permukaannya agar tetap bisa melihat keluar jendela. That moment, I call it White Hole. Aku bisa tenggelam tanpa melakukan apa-apa lagi.

Kali ini, aku kembali menghadap White Hole (tentu saja dengan buku dan pensil sambil menulis poin-poin untuk post ini). Dengan tempat dan waktu yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini, aku kembali berpikir. Namun kali ini, bukan hal-hal abstrak dan tak penting lagi. Untuk pertama kalinya, ini tentang kamu.

Aku memutar kembali pikiran ketika kamu datang tiba-tiba dan memutuskan untuk tinggal. Kamu tidak berencana untuk pergi secepat waktu yang aku butuhkan untuk memecahkan telur di wajan. Kamu memutuskan untuk tinggal lebih lama dan aku mengangguk. Jawaban yang bahkan aku sendiri belum yakin apakah itu suaraku atau bukan. Apakah itu memang keinginanku atau bukan. 

Aku memutar kembali pikiran saat kamu menawarkan kehadiranmu dan payungmu dengan siaga. Ketika kamu berlari ke arahku dengan senyuman lebar dan mengoceh panjang lebar dan aku tersenyum untuk kamu. Ketika langit berwarna abu-abu memberi air-air dalam jumlah besar ke tanah bumi dan kamu dengan jaket birumu, kita melangkahkan kaki bersama-sama tanpa arah. Antara kamu, hujan, dan aku.

Aku sudah bilang aku suka hujan deras? Kebanyakan orang menyukai gerimis, tentu saja. Tapi aku pikir, basah, basah saja sekalian, deras sekalian. Dan aku suka melihat ke arah orang-orang ketika mereka berlari menghindari hujan dan mencari tempat berteduh. Aku ingat ketika suara tawamu mengalahkan suara hujan dibawah payung kita masing-masing dan mulutmu terus mengoceh.Suaramu memasuki telingaku dan mengalir ke hati namun tak ada apa-apa disana kecuali hampa. Saat itulah, aku mendapat rasa bahwa ada yang salah dengan kita.

Kita adalah satu, tanpa arah, tanpa tujuan namun dengan sejuta kenangan dan cerita. Aku selalu melihatmu, bahkan mungkin terlalu jelas melihatmu. Aku sudah bilang bahwa kamu bukan yang pertama yang menawarkan payung dan berniat untuk tinggal. Yang aku tau pasti, kita tidak benar-benar bersama. Kita adalah dua tanpa kepastian dan tanpa keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya. Apakah kamu benar-benar tinggal sebagai pangeran berkuda atau sebagai pelancong yang kebetulan singgah dan berencana menetap sementara. 

Maafkan aku ketika aku bilang aku ragu. Namun hujan membantuku mencari tau kesinggahanmu disini untuk apa. Maafkan aku ketika akhirnya aku memutuskan membuat keputusanku sendiri. Dengan enggan aku katakan, lebih kepada diriku sendiri, bahwa aku bahkan tak tau apa yang terjadi dengan kita. Yang aku tau pasti, kita sama-sama ragu. Ragu dengan diri kita masing-masing. Bedanya, kamu tertawa dalam kondisi seperti ini sedangkan aku memilih diam. 

Ini hanyalah masalah keraguan di diri kita. Yang selalu terjadi dibawah hujan dan payung kita masing-masing. Mungkin tidak akan berubah cerita jika terjadi dibawah sinar matahari. Karena inilah kita. Pretending that this is normal when it's not. Mungkin kita bisa berunding apa yang salah but we know it's gonna work at all. Mungkin kita bisa melupakaan semuanya. Apa yang terjadi antara ragu, hujan, dan kamu.

Komentar

  1. hujan,bulir cerita yg jatuh dari langit,karya tuhan..
    nice story:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks :) hujan emang bisa banget bikin kita merasakan hal yang campur aduk

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kokoru Paper

Royalti 54'13